Penduduk Indonesia mana yang tidak mengenal
makanan bernama ‘kerupuk’? Suka atau tidak suka, makanan yang terbuat dari
adonan tepung tapioka ini memiliki rasa yang sangat familiar di Indonesia.
Biasanya kerupuk adalah makanan pelengkap nasi goreng, gado-gado, soto atau
makanan lainnya. Namun tidak jarang pula, kerupuk menjadi makanan ringan yang
biasa dicemil saat bekerja, menonton TV, atau aktivitas lainnya.
Sebagai surga kerupuk, beragamnya daerah di
Indonesia membuat kerupuk di setiap daerah menjadi sangat bervariasi. Mulai
dari kerupuk yang diciptakan dari kerang bernama ‘Kerupuk Gonggong’ di
Kepulauan Riau, kerupuk ikan, kerupuk udang, kerupuk jengkol, kerupuk kulit sapi
dari Padang, sampai kerupuk Palembang. Hampir semua jenis kerupuk tersebut populer
di daerahnya masing-masing. Namun jika dibandingkan dengan kerupuk-kerupuk khas
daerah lainnya, kerupuk kulit, kerupuk udang, dan kerupuk ikan memang lebih
mudah ditemukan.
Pada dasarnya pembuatan setiap jenis kerupuk
tidak jauh berbeda. Umumnya kerupuk diciptakan dari adonan tepung tapioka yang
dicampur dengan udang, ikan, jengkol, atau beberapa bahan lainnya yang sudah
ditumbuk halus. Namun hal itu tidak berlaku bagi kerupuk kulit, karena kerupuk
kulit tidak menggunakan tepung tapioka dan hanya dibuat dari kulit sapi yang
sudah dikeringkan. Biasanya kerupuk dijual dalam bentuk ‘belum digoreng’. Namun
untuk kerupuk-kerupuk yang cara dan proses penggorengannya sulit, biasanya
dijual dalam kemasan untuk langsung dimakan. Dari bahan yang sederhana nan
murah itu, ternyata dapat menghasilkan sebuah makanan dengan rasa yang gurih
dan krenyes-krenyes ketika dimakan.
Siapa sangka? Rasa kerupuk yang renyah dan
gurih ternyata sudah tersebar hingga mancanegara dan diterima oleh lidah-lidah
Asia, Eropa, hingga Amerika. Terbangnya kerupuk ke mancanegara berdampak pada
meningkatnya devisa dari ekspor kerupuk. Permintaan kerupuk produksi Indonesia
di luar negeri meningkat setiap tahunnya, dan sampai pada angka yang cukup mencengangkan.
Sebagai makanan asli produk Indonesia,
kerupuk jelas memiliki ciri khas yang menarik dan nilai jual yang pasarnya
masih terbuka lebar. PT Sekar Laut misalnya, produsen kerupuk yang berada di
Jawa Timur ini mampu mengekspor 250 – 300 ton kerupuk dari total produksinya
yang mencapai 700 ton per bulan. 250 – 300 ton tersebut diekspor ke sejumlah
negara di Asia dan Eropa. Jawa Timur dikenal sebagai pengekspor kerupuk
tertinggi dibandingkan dengan beberapa provinsi lainnya. Ekspor kerupuk dari
Jawa Timur mencapai 79 persen dari total kerupuk udang di seluruh Indonesia.
Luar biasa...
Keuntungan dari kerupuk tidak hanya
dinikmati oleh perusahaan besar sekelas perusahaan di Jawa Timur. Pelaku Usaha
Kecil dan Menengah (UKM) ternyata juga kecipratan uang dari gurihnya rasa
kerupuk Indonesia. Seperti UKM asal Batam yang sudah menembus pasar Singapura
melalui kerupuk ‘Gonggong’nya, UKM penghasil kerupuk asal Tangerang yang sudah
berhasil menembus ke China, sampai pengusaha kerupuk asal Mataram yang berhasil
menerbangkan kerupuknya hingga Arab Saudi. Memang, harganya yang cenderung
terjangkau membuatnya mudah dinikmati oleh semua kalangan baik dalam maupun
luar negeri.
Beruntunglah Anda yang tinggal di
Indonesia. Anda tidak perlu repot-repot menerbangkan kerupuk menyebrangi laut
jauh-jauh hanya untuk mencicipinya, karena Indonesia sendiri merupakan negara
penghasil kerupuk. Kerupuk bisa Anda temui di beragam tempat makan, warung,
bahkan restoran dengan sangat mudah. Kalau perlu, Anda bisa menggoreng kerupuk
sendiri di rumah untuk dijadikan cemilan dan teman beraktivitas. Bila Anda
malas keluar membeli kerupuk? Saya punya kenalan yang bisa menyediakan Kerupuk
Ikan Gabus khas Palembang untuk dikirim ke rumah Anda. Tinggal klik link ini maka Anda bisa melihat detail
dan memesan kerupuk itu secara langsung tanpa harus beranjak dari rumah Anda.
Kres!! Selamat menikmati!