Bukan hanya di Indonesia, di berbagai negara, usaha
kecil menengah (UKM) juga memainkan peranan vital bagi perekonomian
masing-masing. Studi yang dilakukan oleh World Bank tahun 2011 menemukan,
negara berpenghasilan tinggi pun 66 persen dari angkatan kerjanya terserap oleh
UKM. Angka ini lebih tinggi lagi pada negara berpenghasilan rendah, yakni 78
persen.
Lebih jauh, dari riset berbasis eksperimen penanaman
investasi langsung dari Small Enterprise Assistance Fund (SEAF) di Amerika
Latin, Eropa Tengah, dan Eropa Timur, ditemukan bahwa setiap dolar yang
ditanamkan lembaga ini di UKM menambah perputaran uang sebesar 12 dolar di
komunitas lokal terkait. 72 persen lowongan kerja menampung tenaga kerja yang cenderung
tak memiliki keahlian khusus, atau dengan kata lain mereka yang tak sanggup
mengenyam pendidikan formal.
Produk-produk UKM Indonesia |
Terlepas dari kontribusinya yang penting menjamin aktivitas
ekonomi dunia, ada negara-negara di mana UKM disulitkan untuk berkembang oleh
lingkungan sekitarnya. Persoalan utamanya, umumnya, adalah dihalang-halanginya
para pelaku UKM untuk memperoleh dana pinjaman guna memulai atau mengembangkan
usahanya. Mereka dianggap peminjam yang memiliki risiko tinggi tidak
mengembalikan. Padahal dari bank data IFC dan McKinsey, di antara negara-negara
berkembang hanya 1 dari 5 UKM yang tidak membutuhkan pinjaman.
Nah, ada pula yang sebaliknya. Ada negara-negara di
mana UKM mendapat lingkungan yang baik dan kondusif untuk bertumbuh subur. Di
antara negara yang memberikan UKM tempat sepantasnya sebagai tulang punggung
perekonomian masyarakat adalah Bolivia. Negara ini memiliki BancoSol, bank swasta
pertama di dunia yang mendanai kegiatan-kegiatan warga kelas menengah bawah.
Didukung oleh pemerintahannya, bank swasta ini berdiri pada tahun 1992. Terbukti
sukses dengan berbagai produk pinjamannya, BancoSol melahirkan tren pembiayaan
mikro di negara ini. Muncul berbagai lembaga pembiayaan mikro dan bunga
pinjamannya rata-rata kini berada di bawah 20 persen, salah satu yang terendah.
Contoh lainnya adalah Mexico, dengan FIRA, lembaga
pembiayaan pembangunannya. Lembaga bentukan pemerintah ini membantu menjembatani
para petani agar dapat memperoleh modal dari lembaga-lembaga pembiayaan formal.
Namun contoh paling terkenal tak lain adalah di
Bangladesh, dengan Grameen Bank-nya. Didirikan oleh Muhammad Yunus, yang pada
akhirnya meraih Nobel Perdamaian 2006, Grameen Bank memfasilitasi warga kurang
mampu dengan sistem pinjaman yang ringan dan kini lembaga tersebut sudah secara
rutin menyediakan layanan keuangan bagi 3,2 juta warga miskin. Pengembalian pinjaman
pun mencapai 95-98 persen, angka luar biasa tinggi yang bahkan tak pernah tercatat
dalam perbankan konvensional.
Muhammad Yunus |
Dengan 2,5 miliar warga masih belum memiliki akses ke
lembaga peminjaman, kita tahu bahwa UKM di berbagai penjuru masih berjuang
keras bahkan untuk sekadar berdiri atau bertahan. Dunia, karenanya, memerlukan
Grameen Bank, BancoSol, FIRA baru, dan tentu saja negara-negara yang mau memercayai
kelompok rentan ini.
Sumber:
http://www.tokoon.com/Home/Beranda
No comments:
Post a Comment