Dikenal dengan Honda, Toshiba, Yamaha, dan Sony, Anda mungkin mengira perekonomian
Jepang disangga oleh perusahaan-perusahaan raksasa kaliber dunia dengan modal yang luar biasa besarnya. Entah
berapa persen uang yang kita keluarkan untuk produk-produk Jepang karena kepopuleran dan kualitasnya, mulai dari produk elektronik sampai ke produk otomotif
dengan teknologi mutakhir. Yang pasti, uang dalam jumlah yang sangat besar
mengalir setiap tahun ke Jepang melalui bisnis-bisnis besar ini.
Tapi kenyataannya, dan saya juga baru mengetahuinya, uang di Jepang
tidak berputar di Tokyo. Pusat bisnis-bisnis besar itu bermarkas
melainkan di daerah Kansai, Osaka, Kyoto, Wakayama, Narama, Kobe, dan
lain-lainnya. Tepatnya, di antara jutaan UKM yang menjadi fondasi perekonomian Negeri Matahari Terbit ini.
Menurut data PPI Jepang,
jumlah UKM di Jepang sendiri ternyata mencapai tak kurang dari 4,69
juta dibandingkan dengan perusahaan besarnya yang hanya 13 ribu. Tak kurang
pula UKM mempekerjakan 29,96 juta warga atau 70,2 persen dari keseluruhan
pekerja Jepang. Bandingkan lagi dengan perusahaan besar yang mempekerjakan
13,71 juta warga sisanya atau 30,5 persen dari pekerja Jepang. UKM juga terbukti efektif dan menjadi salah satu
ujung tombak dalam menurunkan angka pengangguran di Jepang, yang sempat naik
menjadi 5,5% di tahun 2009. Kini angka tersebut sudah turun kembali di angka
3,9%.
Kontribusi UKM di Jepang |
Tak heran, karenanya, mengutip Richard Susilo dalam tulisannya di
Tribunnews (27/01), pada saat krisis finansial melanda Asia tahun 1997, Jepang dapat
bertahan. Sebagaimana yang kita tahu, pasar utama produk-produk Jepang adalah
Asia Tenggara. Sementara saat itu Thailand terpuruk dan Indonesia, lebih-lebih
lagi, berlanjut mengalami krisis politik berlarut-larut. Bertahannya Jepang
pada saat perusahaan-perusahaan besarnya terpukul membuktikan bahwa mereka
memiliki fondasi
perekonomian yang ditopang tak lain oleh UKM.
Memiliki kesadaran tinggi akan pentingnya UKM bagi stabilitas
negaranya, pemerintah Jepang lewat bank-bank negaranya rutin menyalurkan
pembiayaan untuk pengembangan usaha-usaha kecil menengah ini. Namun tak
berhenti di situ. Selain perkembangannya dijamin oleh sokongan negara dan
didorong oleh sifat wirausahawan Jepang yang gigih serta pantang menyerah,
perusahaan-perusahaan besar membantu membangun iklim yang kondusif untuk
bertumbuhnya UKM.
UKM menjadi mitra perusahaan-perusahaan besar sebagai penyedia komponen
produksi mereka. Sebagai misal, busi kendaraan produksi Nippon Denso tak lain
didapat dari UKM binaan dari Nippon Denso sendiri. Dengan demikian, berbeda
dengan pola di berbagai negara di mana perusahaan besar kerap menjadi predator
bagi usaha-usaha menengah dan kecil, terjalin satu simbiosis mutualisme yang
saling mengisi.
Hmmm, melihat Jepang dengan kesadaran bersamanya—di antara aktor
negara, perusahaan, maupun pelaku UKM itu sendiri—yang begitu tinggi untuk
menumbuhkan UKM, pertanyaannya, bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah
memberikan perhatian sepantasnya pada sektor yang juga menyelamatkan
perekonomian Indonesia dalam krisis 1997 itu?
Kalau belum, tentu disayangkan sekali.
No comments:
Post a Comment